SuratAli 'Imran Ayat 130 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Ingin rezeki berlimpah dengan berkah?
30 Murottal Merdu Pilihan Ali Imran Daftar Surat Ibnu Katsir Ali-Imran 130 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَأۡكُلُواْ ٱلرِّبَوٰٓاْ أَضۡعَٰفًا مُّضَٰعَفَةً وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. QS. Ali-Imran 130 Ali-Imran 131 وَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِىٓ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. QS. Ali-Imran 131 Ali-Imran 132 وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. QS. Ali-Imran 132 Ali-Imran 133 وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. QS. Ali-Imran 133 Ali-Imran 134 ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali-Imran 134 Ali-Imran 135 وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. QS. Ali-Imran 135 Ali-Imran 136 أُوْلَٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغۡفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمۡ وَجَنَّٰتٌ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. QS. Ali-Imran 136 Tafsir Ibnu Katsir Ali-Imran 130-136 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapat keberuntungan. Dan peliharalah diri kalian dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat. Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengumpuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang; maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah; tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang sebenarnya. Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertakwa, supaya mereka menjadi orang-orang yang beruntung dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti. Selanjutnya Allah memperingatkan mereka agar mereka waspada terhadap siksa neraka. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman Dan peliharalah diri kalian dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat. ali Imran 131-132 Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala menganjurkan mereka agar bersegera mengerjakan kebajikan dan berlomba untuk memperoleh derajat taqarrub. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Ali Imran 133 Seperti halnya neraka, disediakan untuk orang-orang yang kafir. Menurut suatu pendapat, makna firman-Nya “Yang luasnya seluas langit dan bumi” untuk mengingatkan luas panjangnya seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menggambarkan tentang hamparan surga permadaninya, yaitu melalui firman-Nya di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra. Ar-Rahman 54 Dengan kata lain, dapat Anda bayangkan bagaimana keindahan bagian luarnya? Menurut pendapat lain, lebar surga itu sama dengan panjangnya, mengingat bentuk surga seperti kubah yang terletak di bawah Arasy. Sedangkan sesuatu yang berbentuk seperti kubah, yakni bulat, ukuran panjang dan lebarnya sama. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah hadits shahih yang mengatakan Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian yang paling tinggi dari surga dan sekaligus pertengahannya. Darinya mengalir sungai-sungai surga, dan atap surga adalah Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah. Makna yang dikandung ayat ini sama dengan ayat lain yang ada di dalam surat Al-Hadid, yaitu firman-Nya Berlomba-lombalah kalian kepada mendapatkan ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Al-Hadid 21, hingga akhir ayat. Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, bahwa Heraklius pernah menulis surat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang isinya menyatakan, “Sesungguhnya engkau telah mengajakku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau demikian, di mana neraka?” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab dengan balik bertanya Subhanallah Mahasuci Allah, di manakah malam bila siang hari tiba? Ibnu Jarir meriwayatkannya. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Khaisamah, dari Sa’id ibnu Abu Rasyid, dari Ya’la ibnu Murrah yang menceritakan bahwa ia pernah bersua dengan At-Tanukhi yang pernah menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Himsa; dia telah berusia lanjut dan lemah sekali. Ia berkata bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan membawa surat Heraklius. Lalu surat itu diterima oleh seorang lelaki yang ada di sebelah kiri beliau. At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, lalu ia berkata, “Siapakah teman kalian yang akan membaca surat ini?” Mereka para sahabat menjawab, “Mu’awiyah.” Ternyata isi surat Heraklius mengatakan, “Sesungguhnya engkau telah berkirim surat kepadaku, yang isinya engkau menyeruku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau begitu, di manakah nerakanya?” At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab dengan balik bertanya Mahasuci Allah, di manakah malam hari bila siang hari datang? Al-A’masy, Sufyan Ats-Tsauri, dan Syu’bah meriwayatkan dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Khalifah Umar ibnul Khattab tentang surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka? Maka Umar menjawab mereka, “Bagaimanakah pendapat kalian bila siang hari datang, di manakah malam hari? Bilamana malam hari datang, di manakah siang hari?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya engkau telah memetik hal yang semisal dari kitab Taurat.” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui tiga jalur. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Jafar ibnu Barqan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, bahwa seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab mengatakan, “Mereka mengatakan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi, maka di manakah neraka?” Maka Ibnu Abbas menjawab, “Di manakah malam hari bila siang hari tiba? Di manakah siang hari bila malam hari tiba?” Hal ini diriwayatkan pula secara marfu. Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma’mar, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Salamah Abu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnul Asam, dari pamannya yaitu Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu mengatakan, “Bagaimanakah pendapatmu mengenai firman-Nya dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi Ali imran 133. Maka di manakah neraka?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Bagaimanakah menurutmu apabila malam tiba menyelimuti segala sesuatu, di manakah siang harinya?” Lelaki itu menjawab, “Di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah.” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala” Hadits ini mempunyai dua makna, yaitu Pertama, yang dimaksud ialah bahwa ketidakmampuan kita menyaksikan malam hari bila siang hari tiba bukan berarti malam itu tidak ada di suatu tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala Pengertian ini lebih jelas, seperti yang dikemukakan oleh hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar tadi. Kedua, mengartikah bahwa siang hari apabila menyinari alam dari belahan ini, maka malam hari berada di belahan lainnya. Demikian pula halnya surga, ia berada di tempat yang paling atas di atas langit di bawah Arasy, yang luasnya adalah seperti yang diungkapkan di dalam firman-Nya seluas langit dan bumi. Al-Hadid 21 Sedangkan neraka berada di tempat yang paling bawah. Dengan demikian, berarti tidaklah bertentangan antara pengertian luasnya surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan sifat ahli surga melalui firman-Nya yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit. Ali Imran 134 Yakni dalam keadaan susah dan dalam keadaan makmur, dalam keadaan suka dan dalam keadaan duka, dalam keadaan sehat dan juga dalam keadaan sakit. Dengan kata lain, mereka rajin berinfak dalam semua keadaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi dan terang-terangan. Al-Baqarah 274 Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka tidak kendur dan lupa oleh suatu urusan pun dalam menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala Mereka membelanjakan harta untuk keridaan-Nya serta berbuat baik kepada sesamanya dari kalangan kaum kerabatnya dan orang-orang lain dengan berbagai macam kebajikan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Ali Imran 134 Dengan kata lain, apabila mereka mengalami emosi, maka mereka menahannya yakni memendamnya dan tidak mengeluarkannya; selain itu mereka memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka. Disebutkan dalam sebagian atsar yang mengatakan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku jika kamu marah, niscaya Aku mengingatmu bila Aku sedang murka kepadamu. Karena itu, Aku tidak akan membinasakanmu bersama orang-orang yang Aku binasakan. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Abu Ya’la mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Abu Musa Az-Zamin, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu’aib Ad-Darir yaitu Abul Fadl, telah menceritakan kepadaku Ar-Rabi’ ibnu Sulaiman, An-Numairi, dari Abu Amr ibnu Anas ibnu Malik, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Barang siapa yang mengekang amarahnya, maka Allah menahan siksa-Nya terhadapnya. Dan barang siapa yang mengekang lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Dan barang siapa yang meminta maaf kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya. Hadits ini garib, dan di dalam sanadnya terdapat hal yang masih perlu dipertimbangkan. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Az-Zuhri, dari Sa’id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah , dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah bersabda Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah. Syaikhain meriwayatkan hadits ini melalui hadits Malik. Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibrahim At-Taimi, dari Al-Haris ibnu Suwaid, dari Abdullah yakni Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda “Siapakah di antara kalian yang harta warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya sendiri?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, tiada seorang pun di antara kami melainkan hartanya sendiri lebih disukainya daripada harta warisnya.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah oleh kalian, bahwa tiada seorang pun di antara kalian melainkan harta warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya sendiri. Tiada bagianmu dari hartamu kecuali apa yang kamu infakkan, dan tiada bagi warismu kecuali apa yang kamu tangguhkan.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah pula bersabda “Bagaimanakah menurut penilaian kalian orang yang kuat di antara kalian?” Kami menjawab, “Orang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bukan, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.” “Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan ar-raqub?” Kami menjawab, “Orang yang tidak mempunyai anak.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bukan, tetapi ar-raqub ialah orang yang tidak menyuguhkan sesuatupun dari anaknya.” Imam Al-Bukhari mengetengahkan hadits tersebut pada bagian pertamanya, sedangkan Imam Muslim mengetengahkannya berasal dari hadits ini melalui riwayat Al-A’masy. Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, aku mendengar Urwah ibnu Abdullah Al-Ju’fi menceritakan dari Abu Hasbah atau ibnu Abu Husain, dari seorang laki-laki yang menyaksikan Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkhotbah. Maka beliau bersabda “Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan ar-raqub?” Kami menjawab, “Orang yang tidak mempunyai anak.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ar-raqub yang sesungguhnya ialah orang yang mempunyai anak, lalu ia mati, sedangkan dia belum menyuguhkan sesuatu pun dari anaknya.” “Tahukah kalian, siapakah sa’luk itu?” Mereka menjawab, “Orang yang tidak berharta.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sa’luk yang sesungguhnya ialah orang yang berharta, lalu ia mati, sedangkan dia belum menyuguhkan barang sepeser pun dari hartanya itu.” Kemudian dalam kesempatan lain Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Apakah arti jagoan itu?” Mereka menjawab, “Seseorang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki.” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang benar-benar jagoan ialah orang yang marah, lalu marahnya itu memuncak hingga wajahnya memerah dan semua rambutnya berdiri, lalu ia dapat mengalahkan kemarahannya.” Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Hisyam yaitu Ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, dari salah seorang pamannya yang dikenal dengan nama Harisah ibnu Qudamah As-Sa’di yang menceritakan hadits berikut Bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Untuk itu ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu nasihat yang bermanfaat bagi diriku, tetapi jangan banyak-banyak agar aku selalu mengingatnya.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kamu jangan marah.” Ia mengulangi pertanyaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkali-kali, tetapi semuanya itu dijawab oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan kalimat, “Kamu jangan marah.” Hal yang sama diriwayatkan dari Abu Mu’awiyah, dari Hisyam dengan lafal yang sama. Ia meriwayatkan pula dari Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan, dari Hisyam dengan lafal yang sama yang isinya adalah seperti berikut Bahwa seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, berilah aku suatu nasihat, tetapi jangan terlalu banyak, barangkali saja aku selalu mengingatnya.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kamu jangan marah.” Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri. Hadits lain diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang menceritakan Seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, berwasiatlah untukku.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kamu jangan marah.” Lelaki itu melanjutkan kisahnya, “Maka setelah kurenungkan apa yang telah disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam tadi, aku berkesimpulan bahwa marah itu menghimpun semua perbuatan jahat.” Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri. Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad, dari Abul Aswad, dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa ketika ia hendak mengambil air dari sumurnya, tiba-tiba datanglah suatu kaum, lalu mereka berkata, “Siapakah di antara kalian yang mau mengambilkan air buat minum ternak Abu Dzar dan menghitung beberapa helai rambut dari kepalanya?” Kemudian ada seorang lelaki berkata, “Saya,” lalu lelaki itu menggiring ternak kambing milik Abu Dzar ke sumur tersebut untuk diberi minum. Pada mulanya Abu Dzar berdiri, lalu duduk, kemudian berbaring. Ketika ditanyakan kepadanya, “Wahai Abu Dzar, mengapa engkau duduk, lalu berbaring?” Maka Abu Dzar menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada kami para sahabat Apabila seseorang di antara kalian marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk hingga marahnya hilang. Apabila marahnya masih belum hilang, hendaklah ia berbaring.” Imam Abu Dawud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Hambal berikut sanadnya. Hanya di dalam riwayatnya disebutkan dari Abu Harb, dari Abu Dzar, padahal yang benar ialah Ibnu Abu Harb, dari ayahnya, dari Abu Dzar, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Abdullah ibnu Ahmad dari ayahnya. Hadits lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Wa-il As-San’ani yang mengatakan, “Ketika kami sedang berada di dalam majelis Urwah ibnu Muhammad, tiba-tiba masuk menemuinya seorang lelaki dan lelaki itu berbicara kepadanya tentang suatu pembicaraan yang membuat Urwah marah. Ketika Urwah marah, maka ia pergi, lalu kembali lagi menemui kami dalam keadaan telah berwudu. Kemudian ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku di hadapan kakekku yaitu Atiyyah ibnu Sa’d As-Sa’di yang berpredikat sebagai sahabat, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Sesungguhnya marah itu perbuatan setan, dan setan itu diciptakan dari api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu’.” Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud melalui hadits Ibrahim ibnu Khalid As-San’ani, dari Abu Wa-il Al-Oas Al-Muradi As-San’ani. Imam Abu Dawud mengatakan bahwa Abu Wa-il ini adalah Abdullah ibnu Buhair. Hadits lain. — Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Mu’awiyah As-Sulami, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Atha’, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Barang siapa yang memberikan masa tangguh kepada orang yang sedang kesulitan atau memaafkan utangnya, niscaya Allah memelihara dirinya dari panasnya neraka Jahannam. Ingatlah, sesungguhnya amal surga itu bagaikan tanah licin yang ada di bukit sebanyak tiga kali. Ingatlah, sesungguhnya amal neraka itu bagaikan tanah yang mudah dilalui yang berada di tanah datar. Orang yang berbahagia ialah orang yang dipelihara dari segala fitnah. Dan tiada suatu regukan pun yang lebih disukai oleh Allah selain dari regukan amarah yang ditelan oleh seseorang hamba; tidak sekali-kali seorang hamba Allah mereguk amarahnya karena Allah, melainkan Allah memenuhi rongganya dengan iman. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri, sanadnya hasan; tiada seorang perawi pun yang mempunyai kelemahan di dalamnya, dan matannya hasan pula. Hadits lain yang semakna dengannya. – Imam Abu Dawud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman yakni Ibnu Mahdi, dari Bisyr yakni Ibnu Mansur, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Suwaid ibnu Wahb, dari seorang lelaki anak seorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Barang siapa yang menahan amarah, sedangkan dia mampu mengeluarkannya, maka Allah memenuhi rongganya dengan keamanan dan iman. Dan barang siapa yang meninggalkan pakaian keindahan, sedangkan dia mampu mengadakannya Bisyr menduga bahwa Muhammad ibnu Ajlan mengatakan karena tawadu rendah diri, maka Allah memakaikan kepadanya pakaian kehormatan. Dan barang siapa memakai mahkota karena Allah, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya mahkota seorang raja. Hadits lain. Imam Ahma’d mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id, telah menceritakan kepadaku Abu Marhum, dari Sahl ibnu Mu’az ibnu Anas, dari ayahnya, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Barang siapa menahan amarah, sedangkan dia mampu untuk melaksanakannya, maka Allah kelak akan memanggilnya di mata semua makhluk, hingga Allah menyuruhnya memilih bidadari manakah yang disukainya. Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadits Sa’id ibnu Abu Ayyub dengan lafal yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa predikat hadits ini hasan garib. Hadits lain, diriwayatkan oleh Abdur Razzaq. telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Qais, dari Yazid ibnu Aslam, dari seorang lelaki dari kalangan ulama Syam yang dikenal dengan nama Abdul Jalil, dari seorang pamannya, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya dan orang-orang yang menahan amarahnya. Ali Imran 134 Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Barang siapa menahan amarahnya, sedangkan dia mampu melaksanakannya, niscaya Allah memenuhi rongganya dengan keamanan dan keimanan. Hadits lain. Ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan bahwa Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Thalib, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ashim, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Tiada suatu regukan pun yang ditelan oleh seorang hamba dengan pahala yang lebih utama selain dari regukan amarah yang ditelan olehnya karena mengharapkan rida Allah. Hadits diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Bisyr ibnu Umar, dari Hammad ibnu Salamah, dari Yunus ibnu Ubaid dengan lafal yang sama. Firman Allah subhanahu wa ta’ala dan orang-orang yang menahan amarahnya. Ali Imran 134 Yakni mereka tidak melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, melainkan mencegah dirinya agar tidak menyakiti orang lain, dan ia lakukan hal tersebut demi mengharapkan pahala Allah subhanahu wa ta’ala Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dan memaafkan kesalahan orang. Ali Imran 134 Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Ali Imran 134 Hal yang disebut di atas merupakan salah satu dari kebajikan. Di dalam sebuah hadits disebutkan seperti berikut Ada tiga perkara yang aku berani bersumpah untuknya; tiada harta yang berkurang karena sedekah, dan tidak sekali-kali Allah menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf melainkan hanya keagungan; serta barang siapa yang merendahkan dirinya karena Allah, niscaya Allah mengangkat kedudukannya. Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya. meriwayatkan melalui hadits Musa ibnu Uqbah, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Abu Talhah Al-Qurasyi, dari Ubadah ibnus Samit, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Barang siapa yang menginginkan bangunan untuknya di surga; dimuliakan, dan derajat pahalanya ditinggikan, hendaklah ia memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadanya, memberi kepada orang yang kikir terhadap dirinya, dan bersilaturahmi kepada orang yang memutuskannya. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya. Ibnu Mardawaih meriwayatkannya melalui hadits ali, Ka’b ibnu Ujrah, dan Abu Hurairah serta Ummu Salamah hadits yang semakna. Telah diriwayatkan melalui Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Apabila hari kiamat terjadi, maka ada seruan yang memanggil, “Di manakah orang-orang yang suka memaafkan orang lain? Kemarilah kalian kepada Tuhan kalian dan ambillah pahala kalian!” Dan sudah seharusnya bagi setiap orang muslim masuk surga bila ia suka memaafkan orang lain. Firman Allah subhanahu wa ta’ala Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Ali Imran 135 Yakni apabila mereka melakukan suatu dosa, maka mereka mengiringinya dengan tobat dan istigfar memohon ampun kepada Allah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam ibnu Yahya, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnu Abu Talhah, dari Abdur Rahman ibnu Abu Amrah, dari Abu Hurairah , dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah bersabda Sesungguhnya ada seorang lelaki melakukan suatu dosa, lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka berikanlah ampunan bagiku atas dosa itu.” Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah melakukan suatu dosa, lalu ia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku.” Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosaku itu.” Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Sekarang Aku mengampuni hamba-Ku.” Kemudian si hamba melakukan dosa lagi dan berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah dosaku.” Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku.” Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosaku itu.” Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Persaksikanlah oleh kalian para malaikat bahwa Aku telah mengampuni hamba-Ku, maka ia boleh berbuat semua apa yang dikehendakinya.” Di dalam kitab Shahihain hadits ini diketengahkan melalui jalur Ishaq ibnu Abu Talhah dengan lafal yang semisal. Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ” Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan Abu Amir; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Sa’d At-Ta-i, telah menceritakan kepada kami Abul Mudallah maula Ummul Mukminin yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah menceritakan hadits berikut, bahwa kami para sahabat pernah berkata, “Wahai Rasulullah, apabila kami melihatmu, maka hati kami terasa sejuk dan kami menjadi orang-orang yang ahli akhirat. Tetapi apabila kami berpisah dengan engkau, maka kami mengagumi duniawi dan mencium istri-istri dan anak-anak kami.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Seandainya kalian dalam semua keadaan seperti keadaan kalian bila berada di hadapanku, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian dengan telapak tangan mereka dan niscaya mereka mengunjungi kalian di rumah-rumah kalian. Dan seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa agar Dia mengampuni mereka.” Kami berkata lagi, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang surga, terbuat dari apakah bangunannya?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab Bata emas dan bata perak, sedangkan plesterannya dari minyak kesturi azfar, batu kerikilnya dari mutiara dan yaqut, dan pasir-nya adalah minyak za’faran. Barang siapa yang memasukinya selalu dalam kenikmatan dan tidak akan susah; dan kekal, tidak akan mati. Pakaiannya tidak akan rusak dan kemudaannya tidak akan pudar. Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak, yaitu imam yang adil, orang yang puasa hingga berbuka, dan doa orang yang teraniaya dibawa di atas awan dan dibukakan baginya semua pintu langit, lalu Tuhan berftrman kepadanya, “Demi Keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudah beberapa waktu.” Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui jalur lain dari hadits Sa’d dengan lafal yang sama. Ditekankan berwudu dan shalat dua rakaat di kala hendak bertobat karena berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal. Yaitu telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Mis’ar dan Sufyan Ats-Tsauri, dari Usman ibnul Mugirah As-Saqafi, dari Ali ibnu Rabi’ah, dari Asma ibnul Hakam Al-Fazzari, dari Ali yang telah mengatakan bahwa apabila ia mendengar sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka Allah memberikan manfaat kepadanya melalui hadits ini menurut apa yang dikehendaki oleh Allah. Apabila ada orang lain yang menceritakan sebuah hadits kepadanya, maka terlebih dahulu ia menyumpah orang itu atas kebenaran hadisnya. Apabila orang yang bersangkutan mau bersumpah kepadanya, barulah ia percaya. Sesungguhnya sahabat Abu Bakar pernah menceritakan hadits kepadanya, tetapi Abu Bakar adalah orang yang siddiq yakni tidak perlu disumpah lagi. Ia menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Tidak sekali-kali seorang lelaki berbuat suatu dosa, lalu ia berwudu dan melakukan wudunya dengan baikmenurut Mis’ar disebutkan, lalu ia shalat. Menurut Sufyan disebutkan bahwa kemudian ia shalat sebanyak dua rakaat dan memima ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala, melainkan Allah pasti memberikan ampun baginya. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, Al-Humaidi, Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, ahlus sunan dan ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya, Al-Bazzar dan Ad-Daruqutni melalui berbagai jalur dari Usman ibnul Mugirah dengan lafal yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Kami menyebutkan jalur-jalurnya dan keterangan mengenainya secara rinci di dalam Musnad Abu Bakar As-Siddiq Secara garis besarnya hadits ini berpredikat hasan. Hadits ini merupakan salah satu di antara hadits riwayat Amirul Mukminin Ali ibnu Abu Thalib, dari Khalifah Abu Bakar Termasuk di antara bukti yang membenarkan hadits ini ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya melalui Amirul Mukminin Umar ibnul Khattab dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah bersabda Tidak sekali-kali seseorang di antara kalian melakukan wudu, lalu ia membaguskan atau meratakan wudunya dengan baik, kemudian mengucapkan, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, melainkan dibukakan untuknya semua pimu surga yang delapan buah, ia boleh memasukinya dari pintu mana pun yang dikehendakinya. Di dalam kitab Shahihain disebutkan dari Amirul Mukminin Usman ibnu Affan , bahwa ia melakukan wudu untuk mereka seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam Kemudian ia mengatakan bahwa dirinya pernah mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda Barang siapa melakukan wudu seperli wuduku ini. lalu shalat dua rakaat, yang di dalam keduanya ia tidak berbicara kepada dirinya sendiri, niscaya Allah memberikan ampunan baginya atas semua dosanya yang terdahulu. Hadits ini terbukti melalui riwayat empat orang Imam dan Khulafaur Rasyidin, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seperti apa yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an yang mengatakan bahwa memohon ampun kepada Allah dari perbuatan dosa bermanfaat bagi orang-orang yang durhaka. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan, telah sampai kepadanya bahwa iblis menangis ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya Dan Juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. ali Imran 135, hingga akhir ayat. Al-Hafidzh Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muharriz ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Matar, telah menceritakan kepada kami Abdul Gafur, dari Abu Nadrah, dari Abu Raja, dari Abu Bakar , dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah bersabda Berpeganglah kalian kepada kalimah La Ilaha Illallah dan istigfar, perbanyaklah oleh kalian dalam membaca keduanya. Karena sesungguhnya iblis mengatakan, “Aku binasakan manusia dengan dosa-dosa, dan mereka membinasakan diriku dengan La Ilaha Illallah dan istigfar. Setelah aku melihat hal tersebut, maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, sedangkan mereka menduga bahwa diri mereka diberi petunjuk.” Usman ibnu Matar dan gurunya, kedua-duanya dha’if. Imam Ahmad meriwayatkan di dalam kitab musnadnya melalui jalur Amr ibnu Abu Amr dan Abul Haisam Al-Atwari, dari Abu Sa’id, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang telah bersabda Iblis berkata, “Ya Tuhanku, demi keagungan-Mu, aku akan terus-menerus menyesatkan anak Adam selagi roh berada di dalam tubuh mereka.” Maka Allah subhanahu wa ta’ala ber-firman, “Demi Keagungan dan Kebesaran-Ku, Aku terus-menerus memberikan ampunan bagi mereka selagi mereka memohon ampun kepada-Ku.” Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Khalifah; ia pernah mendengar Abu Badar menceritakan hadits berikut dari Sabit, dari Anas, bahwa ada seorang lelaki datang, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Apabila kamu berbuat dosa, maka memohon ampunlah kepada Tuhanmu.” Lelaki itu berkata, “Sesungguhnya aku telah memohon ampun, kemudian sesudah itu aku kembali melakukan dosa.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kamu berbuat dosa lagi, maka ulangilah istigfarmu kepada Tuhanmu.” Lelaki itu mengulangi lagi pertanyaannya untuk keempat kalinya, dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Minta ampunlah kepada Tuhanmu, hingga setanlah yang kecewa.” Hadits ini bila ditinjau dari jalur ini berpredikat garib. Firman Allah subhanahu wa ta’ala dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Ali Imran 135 Artinya, tiada seorang pun yang dapat memberikan ampun atas perbuatan dosa selain Allah subhanahu wa ta’ala Seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus’ab, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin dan Al-Mubarak, dari Al-Aswad ibnu Sari’ Bahwa pernah dihadapkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam seorang tawanan, lalu tawanan itu berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan tidak akan bertobat kepada Muhammad.” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Berikanlah hak itu kepada pemiliknya yakni Allah.” Firman Allah subhanahu wa ta’ala Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Ali Imran 135 Yakni mereka bertobat kepada Allah dari perbuatan dosa mereka dalam waktu yang dekat, dan tidak melanjutkan perbuatan maksiat, tidak menetapinya, tidak pula menjadikannya sebagai langganan. Seandainya mereka mengulangi perbuatan dosanya, maka dengan segera mereka bertobat dari perbuatannya itu kepada Allah. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafidzh Abu Ya’la Al-Mausuli di dalam kitab musnadnya. ia menyebutkan telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Israil dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Abdul Hamid Al-Hamani, dari Usman ibnu Waqid, dari Abu Nadrah, dari maula Abu Bakar, dari Abu Bakar yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Bukan dinamakan orang yang menetapi dosa seseorang yang memohon ampun kepada Allah, sekalipun ia mengulangi dosanya dalam sehari sebanyak tujuh puluh kali. Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, dan Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya telah meriwayatkannya melalui hadits Usman ibnu Waqid Usman ibnu Waqid dinilai tsiqah oleh Yahya ibnu Mu’in dengan lafal yang sama. Guru Usman ibnu Waqid ialah Abu Nasr Al-Muqasiti yang nama aslinya adalah Salim ibnu Ubaid, ia dinilai tsiqah oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban. Ali ibnul Madini dan Imam At-Tirmidzi berpendapat bahwa predikat sanad hadits ini tidaklah seperti apa yang dikatakan mereka. Pendapat ini pada lahiriahnya karena tidak dikenalnya maula Abu Bakar. Tetapi ketidakjelasan orang seperti dia tidak menjadikan mudarat atau hambatan, mengingat dia adalah seorang tabi’in yang besar. Sudah dinilai cukup hanya dengan menisbatkan mengaitkannya kepada Abu Bakar. Dengan demikian, berarti hadits ini adalah hasan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala sedangkan mereka mengetahui. Ali lmran 135 Mujahid dan Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya sedangkan mereka mengetahui. Ali lmran 135 Yakni barang siapa yang bertobat, maka Allah menerima tobatnya. Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya? At-Taubah 104 Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. An-Nisa 110 Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak jumlahnya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada kami Hibban yaitu Ibnu Zaid Asy-Syar’i, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang pernah bersabda ketika berada di atas mimbarnya Belas kasihanlah kalian, niscaya kalian dibelaskasihani; dan jadilah kalian orang-orang yang pemaaf, niscaya kalian dimaafkan. Kecelakaanlah bagi orang-orang yang suka berkata kasar; dan kecelakaanlah bagi orang-orang yang menetapi perbuatan dosa mereka, sedangkan mereka mengetahui. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman sesudah menggambarkan perihal mereka yang telah disebutkan sifat-sifatnya, yaitu Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka. Ali Imran 136 Yaitu balasan mereka karena menyandang sifat-sifat tersebut ialah ampunan dari Tuhan mereka. dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Ali Imran 136 Yakni berbagai macam minuman. sedangkan mereka kekal di dalamnya. Ali Imran 136 Maksudnya, menetap di dalam surga untuk selama-lamanya. dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yana beramal Ali Imran 136 Allah subhanahu wa ta’ala memuji keindahan surga dan semua kenikmatan yang ada di dalamnya.” Ali Imran Daftar Surat Ibnu Katsir Yuk bagikan… SuratAli 'Imran Ayat 131 وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Embed > Tag : IMAN Hal-hal yang merusak iman Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda bacaannya ada yang memakai alif dan ada pula yang tidak, maksudnya ialah memberikan tambahan pada harta yang diutang yang ditangguhkan pembayarannya dari tempo yang telah ditetapkan dan bertakwalah kamu kepada Allah dengan menghindarinya supaya kamu beroleh keberuntungan atau hasil yang gemilang. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menarik piutang yang kalian pinjamkan kecuali pokoknya saja. Jangan sampai kalian memungut bunga yang terus bertambah dari tahun ke tahun hingga berlipat ganda, dan takutlah kepada Allah. Juga, jangan mengambil atau memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak dibenarkan. Karena kamu sekalian akan bisa berhasil dan beruntung hanya bila menjahui riba, banyak maupun sedikit. 1 1 Pada ayat ini, riba diberi sifat 'berlipat-ganda', hingga membuat kita perlu untuk membicarakannya dari segi ekonomi. Ada dua macam riba nasî'ah dan fadll. Yang pertama, riba al-nasî'ah, adalah yang secara tegas diharamkan oleh teks al-Qur'ân. Batasannya adalah suatu pinjaman yang mendatangkan keuntungan kepada si pemilik modal sebagai imbalan penundaan pembayaran. Sama saja apakah keuntungan itu banyak atau sedikit, berupa uang atau barang. Tidak seperti hukum positif yang membolehkan riba bila tidak lebih dari 6%, misalnya. Sedang riba al-fadll adalah suatu bentuk tukar-menukar dua barang sejenis yang tidak sama kwantitasnya. Contoh penukaran 50 ton gandum dengan 50,5 ton gandum atas kesepakatan kedua belah pihak. Tukar-menukar itu bisa terjadi pada bahan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya ataupun pada uang. Adapun yang menjadi dasar pengharaman riba jenis ini adalah hadis Nabi yang disebut sebelumnya dan dikuatkan dengan hadis riwayat Ibn 'Umar sebagai berikut. Nabi bersabda, "Janganlah kalian semua menukar emas dengan emas kecuali dengan yang semisalnya juga jangan menukar wariq mata uang yang terbuat dari perak kecuali dengan yang semisal dan sama persis jumlahnya, karena sungguh aku mengkhawatirkan kalian terjerumus dalam rima' yaitu riba!" Tetapi sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa riba yang pertama sajalah yang dengan tegas diharamkan oleh teks al-Qur'ân. Karena riba ini adalah laba ganda yang bila dimakan akan terwujud praktek memakan riba berlipat-lipat seperti yang tersebut dalam ayat, sesuatu hal yang tidak terjadi pada riba al-fadll, maka tidak diharamkan. Pengharamannya pun, menurut sebagian ulama ini, tidak langsung didasarkan pada hadis itu sendiri. Tetapi didasarkan pada kaidah sadd al-dzarâ'i' mencegah suatu perbuatan yang bisa membawa kepada yang perbuatan haram. Hal itu karena praktek riba al-fadll bisa menggiring orang untuk melakukan riba al-nasî'ah yang telah jelas haram, walau terkadang masih dapat dibolehkan dalam keadaan darurat. Adapun dari sisi ekonomi, riba merupakan cara pengumpulan harta yang membahayakan karena riba merupakan cara penimbunan harta tanpa bekerja. Sebab harta dapat diperoleh hanya dengan memperjual-belikan uang, suatu benda yang pada dasarnya diciptakan untuk alat tukar-menukar dan pemberian nilai untuk suatu barang. Agama Yahudi pun mengharamkan praktik riba ini. Hanya saja, anehnya, pengharaman itu hanya belaku di kalangan mereka sendiri. Sedangkan praktik riba dengan orang lain dibolehkan. Tujuan mereka adalah untuk menyengsarakan orang lain dan untuk memegang kendali perekonomian dunia. Alangkah jeleknya perbuatan mereka ini! Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir
AlLahab 112. Al-Ikhlas 113. Al-Falaq 114. An-Nas. 3. Ali 'Imran. QS. Ali 'Imran Ayat 153. ۞ اِذْ تُصْعِدُوْنَ وَلَا تَلْوٗنَ عَلٰٓى اَحَدٍ وَّالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ فِيْٓ اُخْرٰىكُمْ فَاَثَابَكُمْ غَمًّا ۢبِغَمٍّ
Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 130 Ali 'Imran 130 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ اٰل عمران ١٣٠ yāayyuhāيَٰٓأَيُّهَاO youwahaialladhīnaٱلَّذِينَwhoorang-orang yangāmanūءَامَنُوا۟believe!berimanlāلَاDo notjangantakulūتَأْكُلُوا۟eatkamu memakanl-ribaٱلرِّبَوٰٓا۟the usuryribaaḍʿāfanأَضْعَٰفًاdoubledlipat gandamuḍāʿafatanمُّضَٰعَفَةًۖmultipliedberlipat-lipatwa-ittaqūوَٱتَّقُوا۟And feardan bertakwalahl-lahaٱللَّهَAllahAllahlaʿallakumلَعَلَّكُمْso that you mayagar kaliantuf'liḥūnaتُفْلِحُونَbe successfulkamu beruntung Transliterasi Latin Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulur-ribā aḍ'āfam muḍā'afataw wattaqullāha la'allakum tufliḥụn QS. 3130 Arti / Terjemahan Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. QS. Ali 'Imran ayat 130 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Kaum kafir membiayai perang, termasuk Perang Uhud, dengan harta yang mereka peroleh dengan cara riba. Oleh karena itu Allah mengingatkan, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba, yaitu mengambil nilai tambah dari pihak yang berutang dengan berlipat ganda sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Jahiliah, maupun penambahan dari pokok harta walau tidak berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah, antara lain dengan meninggalkan riba, agar kamu beruntung di dunia dan di akhirat Lihat Surah al-Baqarah/2 279.Tafsir Lengkap KemenagKementrian Agama RI Ayat ini adalah yang pertama diturunkan tentang haramnya riba. Ayat-ayat mengenai haramnya riba dalam Surah al-Baqarah ayat 275, 276 dan 278 diturunkan sesudah ayat ini. Riba dalam ayat ini, ialah riba nasiah yang juga disebut riba jahiliah yang biasa dilakukan orang pada masa itu. Ibnu Jarir berkata, "bahwa yang dimaksud Allah dalam ayat ini ialah Hai, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu memakan riba berlipat ganda, sebagaimana kamu lakukan pada masa jahiliah sesudah kamu masuk Islam, padahal kamu telah diberi petunjuk oleh-Nya." Pada masa itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana disepakati waktu meminjam, maka orang yang punya uang menuntut agar utang itu dilunasi menurut waktu yang dijanjikan. Orang yang berutang karena belum ada uang untuk membayar meminta penangguhan dan menjanjikan akan membayar dengan tambahan yang ditentukan. Setiap kali pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba berlipat ganda, dan Allah melarang, kaum Muslimin melakukan hal yang seperti memberikan penjelasan sebagai berikut, "Bila seseorang berutang kepada orang lain sebesar seratus dirham dan telah tiba waktu membayar utang itu sedang orang yang berutang belum sanggup membayarnya, maka orang yang berpiutang membolehkan penangguhan pembayaran utang itu asal saja yang berutang mau menjadikan utangnya menjadi dua ratus dirham atau dua kali lipat. Kemudian apabila tiba waktu pembayaran tersebut dan yang berutang belum juga sanggup membayarnya, maka pembayaran itu dapat ditangguhkan dengan ketentuan utangnya dilipatgandakan lagi, demikianlah seterusnya sehingga utang itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang dimaksud dengan kata "berlipat ganda" dalam firman Allah. Riba semacam ini dinamakan juga riba nasiah karena adanya penangguhan dalam pembayaran bukan riba nasiah ada pula riba yang dinamakan riba fadhal yaitu menukar barang dengan barang yang sejenis sedang mutunya berlainan, umpamanya menukar 1 liter beras yang mutunya tinggi dengan 1½ liter beras yang bermutu rendah. Haramnya riba fadal ini, didasarkan pada hadis-hadis Rasul, dan hanya berlaku pada emas, perak dan makanan-makanan pokok, atau yang diistilahkan dengan "barang-barang ribawi."Karena beratnya hukum riba ini dan amat besar bahayanya maka Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar menjauhi riba dan selalu memelihara diri dan bertakwa kepada Allah agar jangan terperosok ke dalamnya dan agar mereka dapat hidup berbahagia dan beruntung di dunia dan di al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda bacaannya ada yang memakai alif dan ada pula yang tidak, maksudnya ialah memberikan tambahan pada harta yang diutang yang ditangguhkan pembayarannya dari tempo yang telah ditetapkan dan bertakwalah kamu kepada Allah dengan menghindarinya supaya kamu beroleh keberuntungan atau hasil yang gemilang. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Allah Swt. berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang, maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah, tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menarik piutang yang kalian pinjamkan kecuali pokoknya saja. Jangan sampai kalian memungut bunga yang terus bertambah dari tahun ke tahun hingga berlipat ganda, dan takutlah kepada Allah. Juga, jangan mengambil atau memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak dibenarkan. Karena kamu sekalian akan bisa berhasil dan beruntung hanya bila menjahui riba, banyak maupun sedikit. 1 1 Pada ayat ini, riba diberi sifat 'berlipat-ganda', hingga membuat kita perlu untuk membicarakannya dari segi ekonomi. Ada dua macam riba nasî'ah dan fadll. Yang pertama, riba al-nasî'ah, adalah yang secara tegas diharamkan oleh teks al-Qur'ân. Batasannya adalah suatu pinjaman yang mendatangkan keuntungan kepada si pemilik modal sebagai imbalan penundaan pembayaran. Sama saja apakah keuntungan itu banyak atau sedikit, berupa uang atau barang. Tidak seperti hukum positif yang membolehkan riba bila tidak lebih dari 6%, misalnya. Sedang riba al-fadll adalah suatu bentuk tukar-menukar dua barang sejenis yang tidak sama kwantitasnya. Contoh penukaran 50 ton gandum dengan 50,5 ton gandum atas kesepakatan kedua belah pihak. Tukar-menukar itu bisa terjadi pada bahan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya ataupun pada uang. Adapun yang menjadi dasar pengharaman riba jenis ini adalah hadis Nabi yang disebut sebelumnya dan dikuatkan dengan hadis riwayat Ibn 'Umar sebagai berikut. Nabi bersabda, "Janganlah kalian semua menukar emas dengan emas kecuali dengan yang semisalnya juga jangan menukar wariq mata uang yang terbuat dari perak kecuali dengan yang semisal dan sama persis jumlahnya, karena sungguh aku mengkhawatirkan kalian terjerumus dalam rima' yaitu riba!" Tetapi sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa riba yang pertama sajalah yang dengan tegas diharamkan oleh teks al-Qur'ân. Karena riba ini adalah laba ganda yang bila dimakan akan terwujud praktek memakan riba berlipat-lipat seperti yang tersebut dalam ayat, sesuatu hal yang tidak terjadi pada riba al-fadll, maka tidak diharamkan. Pengharamannya pun, menurut sebagian ulama ini, tidak langsung didasarkan pada hadis itu sendiri. Tetapi didasarkan pada kaidah sadd al-dzarâ'i' mencegah suatu perbuatan yang bisa membawa kepada yang perbuatan haram. Hal itu karena praktek riba al-fadll bisa menggiring orang untuk melakukan riba al-nasî'ah yang telah jelas haram, walau terkadang masih dapat dibolehkan dalam keadaan darurat. Adapun dari sisi ekonomi, riba merupakan cara pengumpulan harta yang membahayakan karena riba merupakan cara penimbunan harta tanpa bekerja. Sebab harta dapat diperoleh hanya dengan memperjual-belikan uang, suatu benda yang pada dasarnya diciptakan untuk alat tukar-menukar dan pemberian nilai untuk suatu barang. Agama Yahudi pun mengharamkan praktik riba ini. Hanya saja, anehnya, pengharaman itu hanya belaku di kalangan mereka sendiri. Sedangkan praktik riba dengan orang lain dibolehkan. Tujuan mereka adalah untuk menyengsarakan orang lain dan untuk memegang kendali perekonomian dunia. Alangkah jeleknya perbuatan mereka ini!
QS Al-Baqarah Ayat 130. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang musyrik." (Ali 'Imran/3: 95). Pada ayat yang lain dijelaskan bahwa agama Ibrahim atau agama Islam ialah agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Allah berfirman: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan
Mushaf Standar Indonesia يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖ وَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۚ ﴿آل عمران ۱۳۰﴾ Terjemahan IndonesiaWahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. QS. Ali 'Imran 130 Mushaf Madinah يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوا۟ ٱلرِّبَوٰٓا۟ أَضْعَٰفًۭا مُّضَٰعَفَةًۭ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Huruf Arab Gundul يا أيها الذين آمنوا لا تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقوا الله لعلكم تفلحون Transliterasiyaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa ta/kuluu alrribaa adh’aafan mudaa’afatan waittaquu allaaha la’allakum tuflihuuna Sudah sejauh mana interaksi Anda dengan ayat ini? boleh pilih lebih dari satuMembaca Menghafal Mempelajari Mengamalkan Mendakwahkan
QS Ali 'Imran (Keluarga 'Imran) Madaniyyah - 200 Ayat 130 يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَاۡكُلُوا الرِّبٰٓوا اَضۡعَافًا مُّضٰعَفَةً ‌ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ‌ۚ Yaaa ayyuhal lazeena aamanoo la taakuhur ribaaa ad'aafam mudaa'afatanw wattaqul laaha la'allakum tuflihoon Wahai orang-orang yang beriman!
Surah Ali 'ImranTokopedia SalamQuranAli 'ImranSebelumnyaAli 'Imran 129SelanjutnyaAli 'Imran الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚTerjemahanWahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. Cek produk Tokopedia Salam lainnyaZakatLayanan bayar zakat untuk tunaikan SekarangDonasiLayanan donasi untuk bantu SekarangJadwal SholatJadwal sholat untuk wilayah Jakarta & Sekarang

SuratAli 'Imran Ayat 120. Makna ayat, bahwa mereka mati-matian dalam memusuhi kamu, maka kenapa kamu mempercayai mereka, jauhilah mereka itu! (Jika kamu bersabar) terhadap gangguan mereka (dan bertakwa) kepada Allah hingga tidak mempercayai mereka dan sebagainya (maka tidaklah akan mendatangkan kemudaratan) bacaannya 'laa yadhirkum' atau

Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Jagalah dirimu dari api neraka yang disediakan bagi orang-orang yang kafir janganlah kamu sampai disiksa di dalamnya Dan waspadalah terhadap api neraka yang disediakan untuk orang-orang kafir, dengan menjahui sebab-sebabnya berupa penghalalan riba. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Yakni dengan meninggalkan segala perbuatan yang menyebabkan kita masuk neraka berupa kekufuran dan kemaksiatan. TafsirAl-Qur'an Surat Ali Imron Ayat 130: Riba Jahiliah. oleh Aris Munandar, Ss., Mpi. 21 April 2021. Waktu Baca: 4 menit . 36. 258. SHARES. 1.4k. (Qs. Ali Imron [3]: 130) Tentang sebab turunnya ayat di atas, Mujahid mengatakan, "Orang-orang Arab sering mengadakan transaksi jual beli tidak tunai. Jika jatuh tempo sudah tiba dan pihak
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوا۟ ٱلرِّبَوٰٓا۟ أَضْعَٰفًا مُّضَٰعَفَةً ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Arab-Latin Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulur-ribā aḍ'āfam muḍā'afataw wattaqullāha la'allakum tufliḥụnArtinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Ali 'Imran 129 ✵ Ali 'Imran 131 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Berharga Mengenai Surat Ali Imran Ayat 130 Paragraf di atas merupakan Surat Ali Imran Ayat 130 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan kandungan berharga dari ayat ini. Didapati kumpulan penjelasan dari para mufassir terhadap makna surat Ali Imran ayat 130, sebagiannya seperti tertera📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaWahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariatNya, jauhilah riba dengan segala jenisnya, dan janganlah kalian mengambil tambahan dalam pinjaman kalian melebihi jumlah modal harta kalian, meskipun sedikit, apalagi bila tambahan itu berjumlah banyak, menjadi berlipat ganda tiap kali jatuhnya tempo pembayaran hutang. Dan bertakwalah kepada Allah dengan komitmen dengan ajaran syariatNya, supaya kalian mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram130. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya, hindarilah mengambil riba sebagai tambahan yang berlipat ganda atas modal yang kalian pinjamkan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Dan takutlah kalian kepada Allah dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, agar kalian mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat yang kalian inginkan.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah130-131. Allah melarang orang-orang beriman dari berinteraksi dengan riba saat berutang piutang -dengan meminta tambahan atas hutang pokok- baik itu sedikit maupun banyak, sebab riba itu akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya tenggang waktu. Takutlah kalian kepada Allah dalam menjalankan hukum-hukum-Nya agar kalian dapat meraih surga. Kemudian Allah menekankan hal itu dengan mengancamkan neraka Jahannam yang telah disiapkan bagi orang-orang kafir. Lihat surat al-Baqarah dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah130. أَضْعٰفًا مُّضٰعَفَةً ۖ dengan berlipat ganda Kalimat ini merupakan selingan yang diselipkan diantara pengkisahan perang Uhud. Mereka diperintahkan untuk meninggalkan riba dan menginfakkan harta mereka di jalan Allah dan mempersiapkan diri untuk menyebarkan Islam. Dan sebagaimana diketahui bahwa haramnya diba berlaku dalam keadaan apapun, akan tetapi ia disebutkan disini untuk mengingatkan apa yang mereka dahulu lakukan; dahulu mereka melakukan riba dengan memberi batas waktu tertentu dan apabila telah habis batas waktu tersebut mereka menambahnya lagi dan begitu seterusnya sampai berulang-ulang sehingga orang yang mengambil riba mendapatkan berkali-kali lipat dari hutang yang ia berikan pada kali pertama.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah130 Kemudian disebutkan dalam kisah perang Uhud tentang perintah untuk meninggalkan riba dan menyedekahkan harta untuk berjuang di jalan Allah. Allah berfirman Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda sebagaimana yang kalian lakukan pada masa Jahiliyyah dan bertakwalah kamu kepada siksa Allah dari memakan riba supaya kamu mendapat keberuntungan di dunia dan akhirat. Mereka membeli dengan tempo, jika jatuh tempo maka mereka mengambil tambahan dan temponya bertambah. Maka turunlah ayat ini.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahWahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kalian dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H130. telah berlalu pada mukadimah tafsir ini bahwa seorang hamba seyogyanya memperhatikan perintah dan larangan pada dirinya dan orang lain. Dan bahwasanya Allah apabila memerintahkan kepadanya suatu perintah, maka dia wajib mengetahui pertama batasanya dan apa yang di perintahkan tersebut agar dia mampu menaati hal tersebut, dan apabila dia telah mengetahui hal itu, maka hendaklah berusaha dan meminta pertolongan kepada Allah untuk menaatinya dan pada dirinya maupun pada orang lain sesuai dengan kemampuanya dan kapasitasnya. Demikian pula bila dilarang dari sesuatu, dia mengetahui batasnya dan hal-hal yang termasuk di dalamnya dan yang tidak termasuk, kemudian dia berusaha meminta pertolangan dari Rabbnya dalam meninggalkanya, dan bahwasanya hal ini wajib untuk di perhatikan dalam segala perintah Allah dan larangaNya. Ayat-ayat yang mulia ini terkandung di dalamnya berbagai perintah dan perkara dari perkara-perkara kebaikan. Allah memerintahkan kepadanya dan menganjurkan untuk mengamalkannya, lalu Allah mengabarkan tentang balasan pelakunya, dan mengabarkan larangan-larangan yang dianjurkan untuk ditinggalkan. Barangkali hikmah -walahu alam- dalam memasukan ayat-ayat ini di dalam kisah perang uhud adalah seperti yang di jelaskan bahwasanya Allah telah berjanji kepada hamba-hambanya yang Mukmin yaitu apabila mereka bersabar dan bertakwa niscaya Allah akan membela mereka dalam mengahadapi musuh-musuh mereka dan menghinakan musuh untuk mereka, sebagaiman pada firman Allah, "Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." -Ali-imran120 "Ya cukup, jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." Ali imron 125. Seakan-akan jiwa merindukan pengetahuan akan sipat-sipat ketakwaan yang akan mengakibatkan adanya pertolongan, kemenangan, dan kebahagiaan, maka Alllah menyebutkan dalam ayat-ayat ini sipat-sipat ketakwaan yang terpenting yang mana bila seorang hamba menunaikannya, niscaya pelaksanaannya pada hal yang lain lebih utama dan lebih patut. Dan dasar dari pernytaaan yang telah kami katakan, adalah bahwa Allah telah menyebutkan lafadz takwa pada ayat-ayat ini sebanyak tiga kali, sekali berbentuk mutlak yaitu firmanNya, “Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” dan dua kali berbentuk muqayyad dalam firmanNya, “bertakwalah kepada Allah,” dan “Dan peliharalah dirimu dari api neraka.” Dan firman Allah, ”Hai orang-orang yang beriman,” setiap berupa yang ada di alqur’an berupa firman Allah ”Hai orang-orang yang beriman, lakukan ini atau tinggalkanlah ini,” menunjukan bahwa keimanan itu adalah penyebab yang mendorong untuk menjalani perintah atau menjauhi larangan tersebut, karena keimanan itu adalah keyakinan yang total kepada perkara yang memang wajib di yakini yang menuntut terwujudnya perbuatan anggota tubuh. Maka Allah melarang mereka dari memakan riba dengan berlipat-lipat ganda, di mana perkara itu adalah perkara yang biasa di lakukan oleh orang-orang jahiliyyah dan orang-orang yang tidak mempedulikan perkara-perkara syari’at, yaitu bila jatuh tempo hutang atas seorang yang sedang kesulitan sementara ia tidak memiliki apa-apa untuk menunaikanya, maka mereka berkata kepadanya “Kamu harus menunaikan hutangmu atau kami menambah tempo atas hutangmu itu dengan menambah bunga hutung dalam tanggunganmu.” Maka orang kafir terpaksa harus membayar kepada pemilik hutang, dan konsisten terhadap hal itu demi meraih ketenangan hati yang bersipat sementara hingga bertambahlah hutang yang harus di lunasinya dengan berlipat-lipat ganda tanpa ada manfaat dan pemanfaataannya. Maka dalam firmanNya, ”Dengan Berlipat Ganda,” terdapat peringatan terhadap kekejian yang besar di sebabkan banyaknya dan peringatan terhadap hikmah di balik pengahramanya,dan bahwasanya hikmah di balik pengharaman riba adalah bahwa Allah melarang dari hal tersebutkarena mengandung tersebut karena Allah mewajibkan untuk menagguhkan orang yang sedang dalam kondisi sulit dan membiarkan hutang tersebut seperti semula tanpa ada tambahan. Maka mengharuskan pembayaran hutang dengan yang lebih dari itu merupakan tindakan kezhaliman yang berlipat-lipat. Oleh karena itu, wajiblah atas seorang Mukmin yang bertakwa meninggalkan hal itu dan tidak mendekat kepadanya,karena meninggalkan hal tersebut merupakan konsekuensi ketakwaan, dan keberuntungan itu tergantung dengan ketakwaan. karena itu Allah berfirman,”bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Ali Imran ayat 130 Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba berganda-ganda; dan takutlah kepada Allah supaya kamu dapat kejayaan.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Syaikh As Sa'diy, bahwa hikhmah –dan Allah yang lebih mengetahui- dimasukkan ayat ini di sela-sela kisah perang Uhud adalah karena sebelumnya Allah telah menjanjikan, jika mereka bersabar dan bertakwa, maka Dia akan memenangkan mereka dan mengalahkan musuh mereka, dan nampaknya jiwa menjadi rindu untuk mengetahui lebih dalam tentang perkara-perkara takwa yang menjadi sebab kemenangan, keberuntungan dan kebahagiaan, maka disebutkanlah lafaz takwa tiga kali, yaitu di ayat 130, 131dan 133. Ditujukan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya orang-orang yang beriman yang dapat melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, di mana iman itu adalah pembenaran yang sempurna terhadap sesuatu yang wajib dibenarkan dan menghendaki adanya amal dari anggota badan. Hal ini menunjukkan bahwa iman, tidak hanya ucapan saja, bahkan disertai amal. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa "Al Iman qaul wa 'amal" Iman adalah ucapan yang didukung oleh hati dan adanya amal. Menurut sebagian besar ulama adalah bahwa riba itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba yang dimaksud dalam ayat ini adalah Riba nasiah yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah, yaitu ketika orang yang berhutang sudah jatuh tempo harus membayar, namun ia belum mampu, orang yang memberi pinjaman berkata, "Kamu mau membayar hutangmu atau saya tambah lagi waktunya namun hutangmu juga bertambah".Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali Imran Ayat 130Kaum kafir membiayai perang, termasuk perang uhud, dengan harta yang mereka peroleh dengan cara riba. Oleh karena itu Allah mengingatkan, wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu memakan riba, yaitu mengambil nilai tambah dari pihak yang berutang dengan berlipat ganda sebagaimana yang terjadi pada masyarakat jahiliah, maupun penambahan dari pokok harta walau tidak berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah, antara lain dengan meninggalkan riba, agar kamu beruntung di dunia dan di akhirat lihat surah al-baqarah/2 279dan peliharalah dirimu dari api neraka, lantaran kamu menghalalkan, mempraktikkan, dan memakan riba, yang mengantarkan kamu kepada siksa api neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir. Karena praktik riba dapat menghancurkan sistem ekonomi maka pelaku riba ditempatkan dalam tempat yang sama dengan orang-orang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah beraneka penjabaran dari beragam ulama tafsir terkait isi dan arti surat Ali Imran ayat 130 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan bagi ummat. Bantu dakwah kami dengan memberi hyperlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan Link Terbanyak Dibaca Nikmati banyak halaman yang terbanyak dibaca, seperti surat/ayat Yusuf, Al-Ashr, Bismillah, An-Naziat, Al-Ma’idah 3, An-Nisa 59. Ada juga Quraisy, Al-Kahfi 1-10, An-Nashr, Al-Qari’ah, Az-Zumar 53, Al-Lahab. YusufAl-AshrBismillahAn-NaziatAl-Ma’idah 3An-Nisa 59QuraisyAl-Kahfi 1-10An-NashrAl-Qari’ahAz-Zumar 53Al-Lahab Pencarian surah al kahfi beserta artinya, al kahfi 103-104, al anbiya ayat 30 dan artinya, al fatir ayat 27, surat tin Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Y3EwoBd.
  • whl6oltke6.pages.dev/389
  • whl6oltke6.pages.dev/79
  • whl6oltke6.pages.dev/132
  • whl6oltke6.pages.dev/355
  • whl6oltke6.pages.dev/38
  • whl6oltke6.pages.dev/291
  • whl6oltke6.pages.dev/311
  • whl6oltke6.pages.dev/187
  • whl6oltke6.pages.dev/265
  • qs ali imran ayat 130